Kanker darah atau leukemia merupakan salah satu jenis kanker yang banyak menimpa anak-anak. Kanker ini menyebabkan komponen sel darah tidak berfungsi layaknya pada orang kebanyakan.
Penderita laukemia dapat mengalami pendarahan yang keluar lewat
gusi, lubang hidung, dan lubang telinga, hingga hanya berupa bintik
merah. Tanda bintik merah relatif sama dengan demam berdarah, akibatnya
orangtua kerap tak mengetahui gejala kanker pada anaknya.
"Meski gejala leukemia ada yang sama dengan demam berdarah, namun
keduanya jelas berbeda. Leukemia tidak bisa sembuh dengan obat untuk
demam berdarah, walau sudah diobati dalam waktu yang lama," kata ahli
onkologi anak dari RS Harapan Kita, Edi Setiawan Tehuteru, kepada KOMPAS Health Senin (17/2/2014).
Orangtua harus waspada jika pengobatan demam berdarah yang
rata-rata memerlukan waktu seminggu tak kunjung memberi hasil. Anak
tetap saja pucat akibat produksi sel darah merah (eritrosit) menurun,
demam yang masih naik turun karena kurangnya produksi sel darah putih
(leukosit), dan pendarahan akibat turunnya produksi keping darah
(trombosit).
Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada pabrik sel darah, yaitu
sumsum tulang. Tanpa sebab yang jelas, produksi leukosit menjadi kurang
dari 5 ribu. Selanjutnya produksi eritrosit menjadi kurang dari 12 dan
trombosit maksimal hanya 150 ribu. Akibatnya, penderita leukemia kerap
terlihat pucat, demam tak kunjung turun, dan mengalami pendarahan.
Gejala lain yang menyertai leukemia antara lain kejang,
pembengkakan gusi, nyeri tulang, dan perut terlihat membesar. Bila
kanker sudah menyebar hingga alat kelamin pada anak laki-laki, maka
testis terlihat membesar dan keras.
Kanker darah dapat diketahui lewat tes darah yang dilanjutkan
dengan uji sumsum tulang. "Kalau sudah lewat waktu 7-10 hari sebaiknya
segera cek darah dan uji sumsum tulang. Bila benar kanker maka bisa
diobati sedini mungkin, sehingga memperbesar kesempatan sembuh
penderita," kata Edi.
Berbeda dengan kanker padat, leukemia yang merupakan kanker cair
tidak mengenal stadium. Leukemia terbagi berdasarkan kemampuan kambuh
dan lamanya pengobatan. Kanker darah risiko tinggi memerlukan waktu
pengobatan selama 2 tahun, dan berpeluang besar untuk kambuh setelah 5
tahun. Sedangkan leukemia risiko rendah memerlukan waktu pengobatan
kurang dari 1 tahun, dan berpeluang kecil untuk kambuh selama 5 tahun
(masa survivor).
Pengobatan leukemia hampir sama dengan kanker lainnya, yang terdiri
atas radioterapi, kemoterapi, dan operasi. Hasil pengecekan kanker
darah bisa langsung menentukan jenis pengobatan yang diterima. Hal ini
berbeda dengan kanker padat yang harus mengalami biopsi usai serangkain
tes penegakan diagnosis, untuk menentukan jenis pengobatan yang
diterima.
Usai pengobatan, pasien harus melewati 5 tahun masa kontrol dengan
durasi berbeda. Pada tahun pertama frekuensi kontrol lebih sering karena
risiko kambuh lebih besar. Pada tahun pertama pasien harus kontrol 1-2
bulan sekali, kemudian 2-3 bulan sekali di tahun kedua, yang dilanjutkan
3-4 bulan sekali pada tahun ketiga, 6 bulan sekali menginjak tahun
keempat, dan 1 tahun sekali saat tahun kelima.
Kesempatan penderita leukemia pada anak sebetulnya sangat besar,
bila diketahui sejak dini. Akibatnya, kanker membutuhkan kewaspadaan
orangtua jika anaknya tak juga sembuh dengan pengobatan biasa. "Penyebab
kanker pada anak sampai saat ini tak diketahui. Karenanya, orangtua
wajib waspada bila anaknya tak juga sembuh dengan pengobatan biasa dan
secepatnya melakukan konsultasi," jelas Edi.
0 Response to "Bintik Merah, Gejala Leukemia atau Demam Berdarah?"
Post a Comment